Senin, 27 Mei 2013

Hightlight Final Champion Bayern Munich vs Borussia Dortmund 2013

Bolarius | Bayern Munich berhasil menjuarai Liga Champions musim ini usai di partai final menaklukkan Borussia Dortmund dengan skor 2-1. Gol kemenangan dibuat Arjen Robben di menit-menit akhir.

Pada laga yang dihelat di New Wembley, Minggu (26/5/2013) dinihari WIB, kedua tim bermain imbang tanpa gol di babak pertama di mana Dortmund menguasai jalannya laga dengan menciptakan lebih banyak peluang.

Di babak kedua Bayern yang ambil inisiatif serangan dan unggul lebih dulu lewat gol Mario Mandzukic. Kemudian Dortmund menyamakan skor lewat penalti Ilkay Guendogan.
Laga tampaknya akan berlanjut ke extra time sampai Robben mencetak gol di menit 89 dan memberikan trofi kelima Bayern di kompetisi ini, setelah sebelumnya jadi kampiun di 1974, 1975, 1976 dan 2001.

Sementara bagi Dortmund, mereka gagal mengulang keberhasilan 16 tahun lalu saat jadi juara di musim 1996/1997.

Jalannya Pertandingan

Laga dimulai dan kedua tim mulai mengambil inisiatif serangan tapi Dortmund sedikit lebih agresif dengan langsung menekan pertahanan Bayern.

Peluang pertama didapat di menit 9 lewat tembakan keras Jakub Blaszczykowski tapi bola masih melayang jauh di atas mistar.

Di menit 13 giliran Robert Lewandowski yang memberikan ancaman untuk gawang Bayern. Bola ia sepak dari luar kotak penalti dan memaksa Manuel Neuer men-tip bola.

Dari sepak pojok itu bola kemudian dipegang Dortmund lagi dan sebuah serangan dari sisi kanan membuat bola menghampiri Kuba di kotak penalti, namun bola tembakannya lagi-lagi bisa digagalkan Neuer.

Dua peluang bersih untuk Dortmund hanya dalam selang waktu 45 detik dan di 15 menit pertama tim kuning-hitam itu lebih menguasai pertandingan.

Gawang Neuer kembali terancam di menit 18 lewat sepakan Marco Reus dari luar kotak penalti tapi lagi-lagi Neuer mampu menghadangnya.

Dua puluh menit pertama lga benar-benar jadi milik Dortmund setelah Sven Bender dari dalam kotak penalti coba mengarahkan bola ke tiang jauh tapi Neuer dengan sigap menangkap si kulit bundar.

Bayern mendapat peluang pertama di menit 25 ketika umpan silang dari sayap kiri disambut tandukan Mario Mandzukic namun Roman Weidenfeller masih bisa menepisnya. Lalu dari korner, bola mengarah ke kepala Javi Martinez tapi sundulannya masih melayang tipis di atas mistar.

Arjen Robben di menit 29 punya kesempatan cetak gol setelah tinggal berhadapan dengan Weidenfeller, tapi bola masih bisa dihadang oleh badan kiper Dortmund itu dan hanya menghasilkan korner.

Lewandowski! Penyerang internasional Polandia itu kembali dapat peluang di menit 34 ketika menerima umpan terobosan dan langsung menembak ke arah gawang tapi Neuer mampu menghadang laju bola.

Semenit setelahnya Robben mendapat bola di sisi kanan dan menguasainya sebentar sebelum mengoper ke tengah, tapi dihadang bek Dortmund dan hanya menghasilkan sepak pojok. Dari sana bola disundul Mandzukic namun masih melebar dari sasaran.

Robben kembali membuang peluang di menit 43 usai ia mendapat bola di kotak penalti dan memenangi duel dengan Mats Hummels, tapi bola hasil tembakannya masih bisa dihadang muka Weidenfeller.

Tak ada lagi peluang tercipta dan skor 0-0 mengirim kedua tim ke ruang ganti.

Di babak kedua Bayern yang mencetak gol lebih dulu di menit 60. Diawali pergerakan Robben di sayap kiri yang kemudian mengumpan bola ke depan gawang.

Marcel Schmelzer coba menghalau bola namun gagal dan Mandzukic dengan mudah menceploskan bola ke gawang. Bayern 1-0 memimpin di laga final ini.

Dortmund menyamakan kedudukan di menit 69 lewat titik putih menyusul pelanggaran Dante kepada Reus. Geundogan yang maju sebagai eksekutor sukses mengecoh Neuer dan skor kini jadi 1-1.

Subotic! Di menit 72 Nevan Subotic melakukan penyelamatan gemilang di garis gawang Dortmund dengan menghalau bola tembakan Thomas Mueller yang hendak disambar Robben.

Di menit 75 David Alaba coba menguji ketangguhan Weidenfeller di bawah mistar lewat sepakan keras dari jarak 25 yard, tapi bola masih bisa ditinju kiper Dortmund itu.

Semenit setelahnya Mandzukic membuang peluang usai mendapat bola sodoran dari Mueller, tapi bola masih menyasar ke sisi kiri gawang.

Bastian Schweinsteiger di menit 87 melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti meneruskan umpan tarik Philipp Lahm tapi bola masih bisa ditepis Weindenfeller.

Robben! Setelah berkali-kali membuang peluang di laga ini akhirnya ia berhasil mencetak gol di menit 89 sekaligus membawa Bayern unggul 2-1.

Diawali bola panjang dari daerah pertahanan Bayern, kemudian terjadi kemelut di kotak penalti Dortmund dan Robben tiba-tiba mencuri bola yang dituntaskan dengan sepakan mendatar ke gawang Weidenfeller.

Skor tersebut bertahan hingga laga usai dan Bayern pun keluar sebagai pemenang di laga final.

Susunan Pemain

Bayern Munich: Neuer, Lahm, Boateng, Dante, Alaba; Martinez, Schweinsteiger; Robben, Mueller, Ribery (Luiz Gustavo 90') ; Mandzukic (Gomez 90')

Borussia Dortmund: Weidenfeller; Piszczek, Subotic, Hummels, Schmelzer; Bender (Sahin 89'), Gundogan; Blaszczykowski (Schieber 89'), Reus, Grosskreutz; Lewandowski.

Video Highlight

Sumber

Sabtu, 25 Mei 2013

Preview Final Champion 2013 Bayern Munich vs Dortmund

Preview Final Champion 2013 Bayern Munich vs Dortmund

thumbnail

Bolarius | "Terima kasih karena telah menciptakan permainan yang kami cintai". Demikian kata-kata yang tertera di salah satu billboard Borussia Dortmund yang ditujukan pada publik Inggris.


Ya, malam nanti salah satu stadion legendaris Inggris, Wembley, akan mengasuh salah satu partai final terakbar musim ini: Bayern Muenchen vs Borussia Dortmund. Sedikit ironis memang. Di saat salah satu asosiasi sepakbola tertua di dunia, FA, merayakan 150 tahun ulang tahunnya, mereka terpaksa hanya jadi host yang baik. Di hadapan publiknya sendiri, Inggris harus mengasuh final untuk dua tim dari salah satu rival terbesarnya, Jerman.


Namun ironi Inggris yang tak mampu berpesta di kandangnya sendiri sepatutnya tidak mengurangi fokus pada Bayern dan Dortmund, kedua tim terbaik di Eropa saat ini. Dengan mengusung pola bermain yang berbeda, keduanya mampu mematahkan dua raksasa asal Spanyol, Real Madrid dan Barcelona. Bayern menggulung Barcelona dengan aggregat 7-0, sementara Dortmund menghempaskan Real Madrid melalui agregat 4-3. Partai penuh gengsi El Classico pun akhirnya tak tercipta di Wembley dan berganti dengan Der Klassiker.
Bagi Bayern dan Borussia sendiri, Der Klassiker di final ini seakan jadi puncak persaingan keduanya yang muncul dalam 3 tahun terakhir. Kebangkitan Dortmund dari masalah finansial (ditandai dengan juara Bundesliga dua tahun berturut-turut) kemudian dijawab oleh Bayern di musim ini dengan menciptakan salah satu tim terbaik di Jerman sepanjang masa. Berbagai rekor kemudian dipecahkan oleh Heynckes dan anak-anak asuhnya di Bundesliga, mulai dari kebobolan paling sedikit hingga rentetan kemenangan terbanyak.


Sebagai raksasa sepak bola Jerman dan Eropa, tentu Bayern tak ingin panggungnya dicuri terus menerus oleh Borussia, tim yang kini populer dan disukai banyak fans lain.
Menilik sejarah pertemuan mereka di tahun-tahun terakhir, bisa dikatakan Dortmund memiliki keunggulan. Dari 9 kali bertemu di tiga tahun terakhir, mereka bisa mengalahkan Bayern 5 kali. Sementara Bayern hanya pernah 2 kali menang atas Robert Lewandowski dan kawan kawan.


Namun, dua kali kemenangan FC Hollywood ini datang dalam 4 pertemuan terakhir (dua lainnya berakhir imbang). Ini bisa diartikan dua hal, yaitu Bayern yang mulai mengejar Dortmund dalam kualitas permainan, atau Jupp Heynckes yang mulai hafal dengan strategi Juergen Klopp. Secara taktikal sendiri, ada tiga hal menarik yang bisa diamati dari pertemuan kedua tim ini.


Penguasaan Bola vs Transisi
Meski mampu menguasai Bundesliga dalam tiga tahun terakhir, baik Bayern dan Dortmund melakukannya dengan cara berbeda.
Di bawah instruksi Klopp, Dortmund jadi tim yang sangat pintar menggunakan momen transisi dari bertahan ke menyerang secara cepat untuk menghabisi lawan. Di awal-awal kebangkitan Borussia di lapangan hijau, mereka memang acap kali bertahan secara dalam kemudian menyerang dengan energi penuh lewat serangan balik. Bahkan, saat mengalahkan Bayern 2-0 pada Oktober 2010, pertemuan pertama di 3 tahun terakhir, Bayern sampai memiliki penguasaan bola hingga 65%.


Dengan melepaskan ball-possesion, Dportmund lebih memilih untuk menguasai zona. Ini juga diakui oleh Klopp yang memodelkan timnya (salah satunya) dari Arrigo Sacchi dan AC Milan di awal 90-an. Klopp akan mengisi latihan timnya dengan sesi "mengendalikan ruang" dan memposisikan pemainnya untuk mempengaruhi lawan, meski tanpa bola. Melalui sesi shadow play, Klopp pun mengajarkan timnya untuk memanfaatkan koordinasi dan waktu sebaik mungkin.


"Sebelumnya, kami hanya berlari mengejar lawan hingga capai. Namun, dengan memanfaatkan zona, saya belajar caranya membangun permainan dan tak hanya menghancurkannya," ucap Klopp pada La Gazetta dello Sport mengenai cara bermain Dortmund.


Ini berbeda dengan gaya yang dimanikan oleh Bayern di bawahHeynckes. Secara aktif, Bayern berusaha menguasai dan merebut bola dari kaki lawan. Karena itu tak heran di UCL ini Bayern memiliki ball possesionhingga 54,2% per game, sementara Borussia hanya 44,9%. Tak jadi keanehan juga jika Bayern jadi tim yang paling agresif, dan telah mengoleksi 28 kartu kuning, dan BVB hanya mendapatkan 13.


Kedua pemain sayap, Franck Ribery dan Arjen Robben, yang semula terkenal egois dan tak pernah membantu pertahanan, pun kini aktif turun-naik dan membantu David Alaba dan Philipp Lahm dalam menahan gempuran dari sayap lawan.


Sebagaimana Barcelona yang menggunakan penguasaan bola sebagai salah satu cara bertahan, Bayern pun memiliki prinsip yang sama. Dengan menguasai ball-possesion, Bayern merebut kesempatan lawannya untuk menyerang. Ini terbukti dengan Bayern yang hanya memberikan lawannya rata-rata 9,2 kali percobaan ke arah gawang dalam satu pertandingan, tertinggi diantara tim-tim lainnya yang bermain hingga minimal perempat final.


4-2-3-1
Mengandalkan gaya bermain yang berbeda, baik Bayern dan Dortmund sama-sama menggunakan formasi 4-2-3-1 saat bermain. Ini sesungguhnya mencerminkan tren yang sedang melanda Bundesliga dalam 5 tahun terakhir.


Hingga 2008, tim-tim Jerman acapkali menggunakan formasi 4-4-2 ala Jerman yang mengandalkan serangan melalui sayap. Namun, pada 2011, telah ada lebih dari 10 tim yang lebih memilih formasi 4-2-3-1. Tren ini pun diikuti dengan kencenderungan untuk memposisikan dua pemain tengah yang sama baiknya dalam bertahan maupun mengalirkan bola, ketimbang memasangkan satu hard-defensive midfielder dan satu playmaker.


Merebaknya tren ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tiga pelatih: Klopp, Joachim Loew, dan Lous Van Gaal ketika menangani Die Roten.


Kala itu, Klopp sempat mengubah peran Nuri Sahin dari seorang attacking midfielder menjadi pemain tengah yang berduet dengan Tinga di lini tengah. Sementara itu, di timnas Jerman Loew mulai memasangkan Michael Ballack dan Simon Rolfes di tengah untuk menopang Mesut Oezil sebagai pembagi bola di area sepertiga lapangan akhir.


Kemunculan Bastian Schweinsteiger sebagai salah satu pemain tengah terbaik di dunia pun patutnya diatributkan pada perubahan formasi ini. Kala itu, Van Gaal menarik Schweini dari sayap dan memasangkannya dengan Van Bommel sebagai double-pivot. Schweini yang memang tidak memiliki kecepatan untuk bermain di posisi sayap, atau sebagai playmaker di depan, kemudian seakan menjelma jadi pemain baru dengan peran barunya di tengah.


Menurut salah seorang jurnalis terkemuka asal Jerman, Uli Hesse, tren ini sebenarnya berpihak pada jenis sepak bola cantik, atau sepak bola menyerang yang beresiko. Ini dikarenakan 4-2-3-1 juga disertai dengan adanya kebutuhan untuk melakukan pressing tinggi di daerah pertahanan lawan yang secara fisik dan mental akan menghabiskan energi pemain.


Namun, bagi pecinta sepakbola yang sedang menanti partai final malam nanti, kedua tim yang mengusung permainan menyerang tentu akan jadi satu hal yang dinanti-nantikan.


Defensive Forward
Selain karena formasi 4-2-3-1, benang merah antara Bayern dan Dortmund terletak pada penggunaan seorang ujung tombak yang juga fasih dalam bertahan, atau lebih dikenal dengan defensive forward. Dalam hal ini, Bayern menggunakan Mario Mandzukic sementara Dortmund memiliki Lewandowski.


Selain karena kemampuan dalam menjebol gawang lawan, keduanya memang acap dipuji karena kerja keras mereka dalam membantu bertahan. Ini, misalnya, terlihat dari jarak yang di-cover oleh Lewandowski dan Mandzukic di Liga Champions.


Bermain selama 630 menit, Mandzukic telah "menempuh" jarak sejauh 76,5 km, atau rataan 10,9 km/pertandingan. Sementara Lewandowski lebih unggul dengan rataan 11,1 km/pertandingan, atau total 123,1 km dalam 1.000 menit permainan.


Namun, satu data yang menunjukkan bagaimana baik Lewandowski maupun Mandzukic acap kali membantu dengan defensive action-nya, adalah jumlah pelanggaran yang dilakukan kedua tim. Sejauh ini, Lewandowski telah mencetak 25 kali foul, lebih banyak dari kedua pemain tengah Dortmund, yaitu Bender (15 kali foul), dan Guendogan (7). Sementara itu Mandzukic juga telah melakukan 25 pelanggaran, padahal Martinez hanya 22 kali dan Schweisnteiger 13 kali.


Selain dengan defensive action, kedua striker yang apik mengontrol bola dengan kondisi membelakangi gawang pun fasih melakukan pressing terhadap center-back, atau menarik keluar bek lawan dengan bergerak melebar. Keduanya memang bukan bertipe poacher yang lebih sering menunggu bola di kotak penalti.


Satu hal yang bisa jadi catatan adalah, jika mengembalikan khitah seorang striker untuk mencetak gol, Lewandowski jelas lebih unggul dibanding Mandzukic. Sepanjang penyelenggaraan Liga Champion musim ini, ia telah mencetak 10 gol dan 2 assist. Sementara itu, Mandzukic hanya berkontribusi 2 gol dan 1 assistdalam 9 pertandingan. Empat gol yang dicetak Lewandowski ke gawang Real Madrid juga jadi salah satu penampilan individual paling baik di kompetisi musim ini.


Perkiraan susunan pemain:

Borussia Dortmund: Weidenfeller; Schmelzer, Subotic, Hummels, Piszcek; Bender, Gundogan; Grosskreutz, Reus, Blaszczykowski; Lewandowski.

Bayern Muenchen: Neuer; Lahm, Boateng, Dante, Alaba; Schweinsteiger, Martinez; Robben, Muller, Ribery; Mandzukic

Sumber

Jumat, 24 Mei 2013

Lewandowski Calon Legenda Dortmund

Lewandowski Calon Legenda Dortmund

Bolarius | Bagi fans Borussia Dortmund, Robert Lewandowski adalah nama yang sakral. Namanya kini hampir disejajarkan dengan deretan nama generasi emas Dortmund era 90an seperti Andreas Moeller, Stephane Chapuisat, Karl-Heinz Riedle, Lars Ricken, Matthias Sammer dan Paul Lambert.

Menjadi kampiun Eropa adalah kebanggaan. Hal itulah yang pernah dilakukan pahlawan-pahlawan Die Borussen di tahun 1997 silam, yaitu saat mempecundangi "Si Nyonya Besar" Juventus di kandang sang rival: Bayern Munich.

Jika sang pendahulu berhasil membuat fans Munich gigit jari karena kandang mereka, Stadion Olimpic, dijadikan tempat berpesta pora pendukung Dortmund, Sabtu (25/5/) nanti Lewandowski dituntut melakukan hal yang serupa. Hanya saja pesta itu bisa dilakukan tepat di depan hidung fans Munich sendiri. Sebuah kisah prestise manis yang nantinya pasti jadi folklore di Kota Dortmund sepanjang masa. Ya, kemenangan atas Bayern Munich di final Liga Champions nanti akan membuat kesakralan nama Lewandoski setara dengan pendahulunya.

Jika publik sepakbola Jerman, khususnya fans Dortmund, mensakralkan nama Lewandowski, sesungguhnya itu tak terlalu berlebihan. Miroslav Klose menyebut dia seorang "pemain super", sementara Franck Ribery pun mengatakan yang serupa. Publik Munich menginstruksikan bos Bayern untuk merekrut dia. Bahkan, Leo Beenhakker, pelatih Belanda yang menjadi pelatih timnas Polandia, menggambarkan Lewandowski sebagai " masa depan sepakbola Polandia ".

Juergen Klopp, seseorang yang tak pernah memuji pemain secara hiperbola, pun mengatakan kepada media bahwa Lewandowski adalah "the most exciting player I have seen in the last 10 to 15 years". Ucapan langka yang teramat jarang keluar dari mulut Klopp.

Sumber

Bayern Ingin Tampil Sempurna di Final

Bayern Ingin Tampil Sempurna di Final

Bloarius | Bayern Munich tak mau membuat kesalahan di final Liga Champions dan bertekad tampil sempurna. Die Roten yakin mereka akan sulit dikalahkan ketika berada di level terbaiknya.

Bayern akan menghadapi Borussia Dortmund pada laga di Stadion Wembley, Minggu (26/5/2013) dinihari WIB. Kalau bisa mengalahkan Dortmund dan juara, tim besutan Jupp Heynckes itu akan memperbesar peluang mereka meraih treble musim ini.

Dalam perjalanannya menuju final, Bayern sudah menunjukkan performa yang sangat mengesankan. Mereka menyingkirkan Juventus di perempatfinal dan Barcelona di semifinal dengan mencetak 11 gol dan tak kebobolan sekali pun.

Bayern kini berambisi untuk meneruskan laju positif mereka dengan tampil tanpa cela di partai puncak kontra Dortmund.

"Kami telah mengambil langkah besar menuju kesempurnaan, dan kami menginginkan sebuah penampilan sempurna di final," seru gelandang Bayern, Bastian Schweinsteiger, yang dikutip Sky Sports.

"Bagi saya, faktor yang menentukan adalah semua pemain bekerja keras dan berlari untuk pemain lain ketika kami tidak menguasai bola," tambahnya.

"Kalau kami bermain sesuai potensi kami, akan sangat sulit bagi siapa pun untuk mengalahkan kami," kata Schweinsteiger.

Sumber: http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/05/24/063439/2254614/1033/bayern-ingin-tampil-sempurna-di-final?b99220170

Robben Tetap Siap Jika Harus Eksekusi Penalti Lagi

Robben Tetap Siap Jika Harus Eksekusi Penalti Lagi

Bolarius | Tahun lalu Arjen Robben membuang peluang emas dari titik putih di final Liga Champions. Tetapi kegagalan itu takkan membuatnya ragu jika memang harus kembali maju jadi algojo akhir pekan ini.

Di kandangnya sendiri, Allianz Arena, Bayern Munich harus tertunduk lesu dalam final Liga Champions tahun lalu. Saat itu mereka kalah adu penalti dari Chelsea, setelah sebelumnya bermain imbang 1-1 sampai dengan waktu tambahan pertandingan.

Di laga tersebut Bayern, yang juga memimpin terlebih dulu atas Chelsea, sejatinya punya peluang emas menyudahi pertandingan sebagai pemenang setelah mendapatkan tendangan penalti di babak extra time. Namun, peluang itu pupus usai sepakan Robben bisa dikandaskan oleh kiper Chelsea Petr Cech. Laga pun berlanjut dan akhirnya dimenangi Chelsea dalam adu tos-tosan.

Kegagalan tahun lalu itu terasa kian pahit untuk Bayern mengingat pada tahun 2010, mereka pun tersungkur di final setelah kalah 0-2 dari Inter Milan.
Akhir pekan ini Bayern akan kembali tampil di final Liga Champions, partai puncak ketiganya dalam empat tahun terakhir. Kegagalan tentu tidak mau dirasakan lagi, khususnya untuk Robben yang sudah tampil di dua final sebelum ini. Apalagi ia pun gagal mengekseksusi penalti tahun lalu.

"Kami sudah membangun kepercayaan diri besar tahun ini. Kami tahu pasti apa kemampuan kami," tegas Robben di ESPN.
"Apa yang mesti dilakukan, harus dikerjakan," serunya, ketika ditanyakan mengenai apakah dirinya akan ragu jika harus mengambil penalti lagi nanti.

Sumber: http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/05/24/060323/2254609/1033/robben-tetap-siap-jika-harus-eksekusi-penalti-lagi